Rabu, 14 Desember 2011

Buku Tentang ArcGis, memanfaatkan fitur VBA

Setelah menunggu kurang lebih 2 bulan, draft buku tentang ArcGis yang saya ajukan ke penerbit andi yogyakarta disetujui untuk diterbitkan. Setelah mengisi kelengkapan dokumen dan lain - lain, saat ini prosesnya adalah sedang menunggu untuk editing dan proses cetak.
Sebenarnya niat awal pembuatan buku ini adalah untuk lebih memperkaya khasanah pengetahuan sekaligus berbagi ilmu (walaupun sedikit sekali) . Karena saya lihat belum ada satupun buku tentang ArcGis yang diterbitkan dan berbahasa Indonesia, padahal ArcGis sendiri sudah ada sejak tahun 90-an.
Mudah - mudahan, buku ini bisa sedikit membantu bagi siapa saja yang ingin belajar tentang ArcGis, terutama di sisi pemrograman Visual Basic for Application (VBA).
Mudah - mudahan pula buku ini segera terbit, perkiraan saya, sekitar bulan Januari 2010 buku ini sudah ada di toko buku.

Install ArcGis 9.x di PC dengan spesifikasi cukup tinggi

Sebenarnya ini adalah persoalan lama, tetapi entah kenapa selalu saja terulang. Oleh karena itu ada baiknya untuk saya tulis.
Setiap kali install ArcGis, saya selalu mendapati pesan error yang mengatakan bahwa ArcGis telah gagal me-register beberapa file berekstensi dll atau ocx. Setelah saya tanya di paman Google, ternyata persoalannya adalah masalah DEP di Windows. DEP ini akan memproteksi windows dari akses langsung ke memory (Direct memory access), sehingga registrasi sebuah file dll yang notabene akses langsung ke memory akan diblok oleh windows by default. DEP ini akan aktif dan berfungsi pada spesifikasi Prosesor dengan kecepatan 2,6 GHz ke atas, sementara dibawahnya DEP tidak akan berfungsi.
Windows XP, akan membuat konfigurasi seperti berikut ini secara default:
multi(0)disk(0)rdisk(0)partition(1)\WINDOWS="Microsoft Windows XP Professional" /noexecute=optin /fastdetect
Teks di atas bisa dilihat pada system properties / Advanced / Startup and recovery, klik Setting.
DEP
Pada option noexecute tertulis optin, artinya hanya akses masuk saja yang akan diblok. Sebelum install arcgis, "optin" ini harus dirubah menjadi "Alwaysoff" ( opsi yang tidak mengaktifkan DEP). Pada Windows vista, terdapat menu yang bisa langsung digunakan untuk mengaktifkan dan tidak mengaktifkan DEP. Perubahan ini membutuhkan PC untuk restart agar setting yang baru bisa aktif. Setelah DEP tidak aktif, baru bisa install ArcGis secara lancar. Anda bisa kembalikan kondisi DEP aktif setelah instalasi ArcGis selesai dan tidak akan mengganggu operasinalisasi ArcGis sama sekali.

Buku VBA di ArcGIS

Bulan Januari lalu saya sempat posting tentang rencana penerbitan buku tentang ArcGis oleh Andi Publisher. Ternyata dari perkiraan saya Januari 2010 buku itu sudah bisa diterbitkan, ternyata tidak.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya buku saya tersebut diterbitkan juga oleh Anda Publisher, tepatnya di bulan Juni ini. Oleh Andi Publisher buku ini diberi judul GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEMS WITH ARCGIS 9.X PRINCIPLES, TECHNIQUES, APPLICATIONS, AND MANAGEMENT.
Sesuai dengan tujuan awal Sebenarnya niat pembuatan buku ini adalah untuk lebih memperkaya khasanah pengetahuan sekaligus berbagi ilmu (walaupun sedikit sekali) . Karena saya lihat belum ada satupun buku tentang ArcGis yang diterbitkan dan berbahasa Indonesia, padahal ArcGis sendiri sudah ada sejak tahun 90-an.
Buku ini ini membahas mulai dasar sekali bagaimana melakukan programming dan customizing ArcGIS dengan memanfaatkan fitur VBA yang sudah tertanam di dalamnya.
Ini adalah preview bukunya:
BUKU ARCGIS
Mudah - mudahan buku ini sedikit bisa memberikan pencerahan dan kita bisa berbagi ilmu walaupun sangat sedikit.
Jika mau beli bukunya, bisa langsung ke situs andipublisher.com

Peran GIS semakin terasa penting

Menjelang akhir tahun, berbagai macam usulan pengadaan barang dan peralatan untuk tahun berikutnya harus diajukan untuk dapat direalisasikan pada tahun berikutnya.
Begitu juga untuk penambahan jaringan di PLN, harus diajukan dalam istilah RKAP (rencana kerja dan anggaran pendapatan). Melalui RKAP ini, semua kebutuhan yang menyangkut jaringan untuk tahun berikutnya harus di sampaikan. Berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya, RKAP untuk tahun 2008 harus mencantumkan data - data GIS / PDPJ sebagai acuan pokok dalam pembuatan usulan RKAP.
Saat ini, peran GIS semakin dirasakan manfaatnya, karena dengan GIS perencanaan jaringan menjadi lebih realistis dan sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Dengan GIS pula, perencanaan jaringan menjadi jauh lebih mudah, karena kebutuhan akan jenis peralatan dan jumlahnya menjadi lebih mudah diprediksi, tingkat kepastiannya juga relatif lebih besar. Begitu juga dengan lokasi rencana penempatan jaringan baru, akan dengan mudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus turun ke lapangan untuk melihat sejauh mana kebutuhan jaringan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Sesuai dengan peran GIS, memetakan kebutuhan jaringan dan densitas pelanggan, baik secara kuantitatif atau kualitatif, adalah hal yang sangat signifikan dalam perencanaan jaringan di masa - masa yang akan datang. Dengan peta ini, perencanaan menjadi sesuatu yang sangat mudah dan ringan. Dalam ruang lingkup yang lebih jauh, perencanaan yang matang dan terpola, akan memudahkan operasi jaringan dan pemeliharaan jaringan di masa - masa berikutnya. Di sinilah peran GIS menjadi cukup signifikan pula. Dengan data - data yang dimiliki oleh GIS, banyak pihak yang dapat terbantu dan merasakan manfaatnya. Bukan hanya pihak yang terkait langsung dengan jaringan, tetapi juga bagian - bagian lain, misalnya keuangan yang bisa menghitung secara tepat kebutuhan anggaran terkait penambahan aset jaringan.
Sebagai pengelola GIS, kami cukup merasa bangga dan tersanjung akan hal ini, kami berharap ada semacam umpan balik kepada kami sebagai pengelola GIS. Misalnya berupa informasi dan data - data perubahan jaringan yang terjadi karena adanya operasi dan pemeliharaan jaringan serta adanya transformator management yang dilakukan oleh pihak - pihak terkait. Karena data - data ini, walaupun sudah ada instruksi untuk selalu melampirkan dan dikirim ke mapping / GIS, tetapi selalu saja ada yang tidak di kirim ke bagian GIS, Karena lupa atau hilang berkas misalnya. Mudah - mudahan hal ini tidak terjadi lagi di tahun - tahun mendatang.

Pemahaman Operator GIS tentang tugas

Selama bekerja di lingkungan GIS (atau SIG dalam bahasa Indonesia) banyak sekali ditemui hal - hal yang sebenarnya bisa dengan mudah diatasi, tetapi menjadi sulit karena pemahaman dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) operator terhadap GIS sendiri berbeda - beda.
Ada operator GIS yang sangat mahir dalam editing data GIS dengan menciptakan script - script tertentu sehingga membuat proses pekerjaan editing data GIS menjadi relatif mudah, tetapi sebaliknya ada yang sama sekali tidak mengerti tentang hal tersebut, mereka bekerja dalam taraf standar aplikasi.
Di lain pihak, karena data GIS adalah data keruangan yang membutuhkan koordinat lokasi di muka bumi, maka operator, baik secara langsung maupun tidak langsung, harus turun ke lapangan untuk medapatkan data koordinat dan atribut keseluruhan dari obyek yang di-digitasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada seorang operator yang sangat teliti dalam melakukan survey obyek, sehingga hampir semua detail obyek tercover, sebaliknya ada operator yang tingkat ketelitiannya kurang, sehingga untuk melakukan survey lapangan, harus datang ke lokasi obyek tidak cukup sekali, bahkan harus berkali - kali.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami membagi kemampuan operator GIS menjadi 4 bagian:
1. Mahir Operasional Software GIS dan teliti dalam hal survey
2. Mahir Operasional Software , tetapi kurang teliti dalam hal survey
3. Kurang mahir Operasional Software , tetapi teliti dalam hal survey
4. Kurang mahir Operasional Software dan kurang teliti dalam hal survey
Hal ini menjadi sebuah permasalahan, dan mungkin merupakan seni tersendiri dalam mengkoordinir semua operator GIS.
Tentu yang diharapkan adalah ketrampilan operator yang pertama, yaitu Mahir Operasional Software GIS dan teliti dalam hal survey, tetapi dalam beberapa hal akan sulit ditemui orang seperti ini.
Solusi yang bisa diambil adalah ketika melakukan digitasi obyek, dibutuhkan 2 orang operator yang bisa bekerja sama untuk memperoleh data yang sedetail mungkin. Solusi lain adalah dengan membuat formulir survey, sehingga data - data yang dibutuhkan untuk kelengkapan obyek yang disurvey dapat diisikan ke dalam form survey, hal ini juga untuk menghindari faktor “lupa” dalam melakukan survey lapangan.
Sebenarnya bukan hanya 2 parameter di atas yang dapat digunakan untuk menilai tingkat pemahaman operator gis terhadap tugas dan fungsinya, tetapi 2 parameter di atas adalah hal penting yang dapat menilai bagaimana operator gis di lapangan dapat memahami tugas dan fungsinya.

JTM - Trafo - JTR baru




Pada akhir - akhir ini, untuk mengejar visi 75-100 yang dicanangkan presiden, ada beberapa hal yang sudah dilakukan.
Salah satu yang berhubungan dengan pekerjaan GIS adalah adanya banyak sekali jaringan tegangan menengah, trafo / gardu, dan jaringan tegangan rendah yang dipasang di daerah - daerah terpencil yang selama ini belum terjangkau listrik.
Untuk itu, mau tidak mau, tim GIS harus turun ke lapangan ke lokasi daerah terpencil tersebut untuk mendata dan mendigitasi aset - aset jaringan baru. Tim GIS harus mendigitasi dengan menggunakan GPS daerah - daerah tersebut.
yang menjadi persoalan adalah, ternyata daerah - daerah tersebut, di samping lokasinya yang sulit dijangkau dengan transportasi, juga lokasinya yang sangat menyebar di seluruh wilayah kerja Tim GIS yang meliputi Mojokerto, jombang dan nganjuk, serta sebagian Sidoarjo, Malang, Lamongan dan daerah daerah lain.
Hal ini sangat menyulitkan Tim GIS karena membutuhkan tenaga dan waktu ekstra untuk mendatangi lokasi - lokasi tersebut. Tim GIS harus naik turun gunung untuk memperoleh data geografis aset jaringan tersebut. Di samping itu, harus ada persiapan cukup, baik tenaga dan sarana untuk menuju lokasi tersebut, sehingga ketika sudah berada di lokasi, tidak terjadi kendala berarti.
Ada pengalaman agak kurang mengenakkan ketika harus gunung ke daerah yang bernama Sendang gogor, wilayah kabupaten Nganjuk sebelah utara dan berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro. ketika itu, membawa GPS yang baterai internalnya sudah tidak berfungsi lagi. Sehingga mutlak mengandalkan baterai eksternal. ketika sudah mendigitasi banyak sekali obyek dengan lokasi - lokasi yang terpencil, ternyata GPS nya mati !!!
Akibatnya semua data yang ada di GPS tersebut hilang !!! Sungguh sesuatu yang sangat mengecewakan, dan harus kembali ke daerah tersebut kembali untuk mendigitasi ulang.
Dengan syarat, harus membawa GPS yang kondisinya benar - benar baik, sehingga kejadian seperti itu tidak terulang lagi di lain waktu.

Akurasi GPS

Selama ini, dalam aktifitas sehari - hari, dalam melakukan digitasi lapangan digunakan GPS merk Garmin tipe 12XL. Mungkin ini merk lama dan sudah ada versi baru dan yang lebih canggih.
Dalam praktek, ternyata tingkat ketepatan dalam melakukan digitasi agak kurang baik. Mungkin karena tingkat toleransinya yang cukup besar. Hal ini ditandai ketika melakukan digitasi satu titik dengan dua kali digitasi dalam waktu yang berbeda, hasilnya juga berbeda.
Apalagi jika dilakukan 2 sampai 3 kali digitasi, hampir semuanya tidak mengacu ke satu titik yang sama.
Dalam beberapa hal, perbedaannya bisa antara 1 meter sampai 5 meter. Hal ini membuat akurasi map / peta yang digambar berdasarkan data GPS tersebut juga akan kurang akurat.
Untuk menyikapi dan mengantisipasi hal ini, dilakukan digitasi berulang - ulang, minimal 2 kali, nilai dari hasil digitasi tersebut dibuat rata - rata dan titik hasil rata - rata tersebut yang dijadikan acuan dalam penggambaran di map/peta.
Antisipasi seperti ini memang harus dilakukan untuk membuat map/peta yang digambar menjadi akurat, dengan resiko pemborosan waktu karena satu hal dikerjakan bisa dua atau tiga kali.
Dalam kasus lain, juga kejadiannya mirip, ketika melakukan tracing terhadap jalan, untuk menggambar jalan raya. Tracing dilakukan ketika berangkat dari posisi awal menuju posisi akhir. Untuk lebih memastikan kebenaran hasilnya, dilakukan tracing lagi dari posisi akhir ke posisi awal.
Ketika hasil tracing tersebut di transfer ke komputer, nampak hasilnya dalam beberapa titik agak berbeda. Bisa jadi karena posisi kendaraan yang memang tidak benar - benar pas ketika pergi dan ketika pulang, tetapi mungkin juga karena akurasi GPS nya yang memang tidak memberikan titik yang benar - benar sesuai.